Artikel ini akan sedikit berbeda dengan artikel sebelum-sebelumnya dimana saya biasa membahas digital marketing dan bisnis. Kesempatan kali ini saya ingin membahas mengenai sebuah paham filosofis yang menurut saya sangat menarik yaitu Stoisisme/Stoikisme (Stoicsm dalam versi bahasa inggris).

Ada dua versi istilah yang muncul di sumber referensi saya walaupun memiliki arti yang sama, saya akan memakai stoisisme karena preferensi saja.

Dalam banyak kesempatan kita sering terpapar mengenai paham filosofis namun saya yakin mayoritas dari kita semua pasti tidak tertarik. Banyak alasan dibalik semua itu mulai dari abstrak, terlalu idealis, atau alasan yang lebih pragmatis yaitu hidup sudah susah ngapain mikirin hidupnya juga.

Awalnya pun saya demikian, namun saat suggestion youtube yang muncul memberikan video dibawah ini,

saya jadi tertarik mempelajari apa itu stoisisme. Stoisisme sendiri memiliki angle filosofis yang sangat rasional dalam prakteknya.

Praktek Stoisisme

Salah satu praktek yang paling umum dalam stoisisme adalah dikotomi kendali (sudah pernah saya bahas di tulisan saya sebelumnya). Namun praktek lain yang tak kalah populer adalah visualisasi negatif.

Visualisasi negatif sejatinya adalah membayangkan kejadian-kejadian negatif yang dapat terjadi atau menimpa kita sehingga membuat mental kita lebih kuat. Terdengar sangat masocist dan seram, namun sejatinya menurut saya masuk ke dalam manajemen ekspektasi.

Dalam banyak sekali hal kita sering berlebihan menanggapi sesuatu karena emosi yang berluap-luap. Seperti senang saat menerima gaji pertama, atau sedih karena ditinggal pacar. Namun visualisasi negatif membuat kita membayangkan hal-hal yang negatif walaupun keadaan sedang positif. Lagi makan sama pacar, bayangin kalau habis minum pacarmu minta putus.

Dampaknya adalah kondisi mental yang lebih tangguh karena tidak gampang baper. Seringkali kondisi kita jelek karena banyak hal menciderai ekspektasi kita. Harusnya bisa gini-gini-gini, tapi kok begono. Namun jika kita sudah bisa memprediksi skenario paling jelek, maka hal paling buruk pun tidak bisa menganggu kita.

Kesimpulan

Sesungguhnya stoisisme mengajarkan kita untuk selalu sadar dan bersyukur. Paham-paham yang dibawa oleh filsuf Yunani ini sungguh jika dipelajari, terlihat banyak kemiripan dengan paham-paham agama maupun norma yang terjadi sekarang. Buat saya pribadi paham stoisisme ini sangat menarik karena sudah tahan jaman, ditempa berabad-abad tetap sama prinsipnya. Yang berarti memang cara hidup bahagia sudah ada rumusnya, tinggal kita mempraktekkannya.